Tahun 1998 menjadi titik balik sejarah bagi Indonesia, di mana rezim Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun mengalami kejatuhan setelah berbagai demonstrasi dan tekanan dari masyarakat.
Pada saat-saat genting tersebut, Prabowo Subianto, yang menjabat sebagai panglima Kostrad, mengalami pengusiran tragis dari keluarga Cendana, yaitu keluarga Soeharto yang telah lama berkuasa.
Dalam buku "Prabowo dari Cijantung Bergerak ke Istana" karya Femi Adi Soempeno, diceritakan bahwa Prabowo dihadapkan pada situasi kritis dengan posisinya sebagai bagian dari keluarga Soeharto.
Situasi makin memanas ketika mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR DPR sebagai bagian dari gerakan reformasi.
Pada saat itulah, salah satu anak Soeharto yang tidak disebutkan namanya menghadap Prabowo, menanyakan pendapatnya mengenai tindakan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) terhadap mahasiswa yang terus berdemo.
Prabowo, dengan tegas dan jujur, memberikan dua kemungkinan yang menurutnya mungkin terjadi.
"Pertama, Presiden harus mengundurkan diri, dan kedua, Presiden harus melakukan kompromi dengan adanya perubahan menuju reformasi," ucap narator yang tertulis dalam buku Prabowo dari Cijantung Bergerak ke Istana, dikutip Hops.ID, Sabtu, 6 Januari 2024.
Namun, jawaban ini tidak diterima dengan baik oleh anak Soeharto tersebut.
Prabowo dianggap sebagai pengkhianat oleh keluarga Cendana, terutama karena menyuarakan opsi perubahan dan reformasi yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah saat itu.
Peristiwa ini semakin diperumit oleh pertemuan antara Prabowo dan Bacharuddin Jusuf Habibie setelah kerusuhan Mei 1998.
Meskipun pertemuan itu sebenarnya bertujuan untuk membahas cara menenangkan kekerasan dan meredakan ketegangan di tengah masyarakat.
Pertemuan tersebut dituding sebagai upaya untuk merongrong kedudukan Soeharto. Tudingan ini memuncak dalam label pengkhianat yang dilekatkan pada Prabowo.
Dampak dari tuduhan tersebut terasa keras bagi Prabowo, yang akhirnya diusir dari keluarga Cendana.
Pengusiran ini menandai akhir dari hubungan dekatnya dengan keluarga Soeharto, serta menyisakan bekas luka politik yang mendalam dalam perjalanan karier politiknya.
Pengusiran Prabowo Subianto dari Keluarga Cendana diakhiri dengan cerainya dia dengan sang istri, Titiek Soeharto
Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi bersejarah dalam politik Indonesia, menandai peralihan kekuasaan dan perubahan yang mendalam dalam arah politik negara.
Meskipun terjadi lebih dari dua dekade yang lalu, kenangan akan pengusiran Prabowo dari keluarga Cendana tetap membekas dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah Indonesia.
Sumber: hops
Foto: Ilustrasi Potret Prabowo Subianto yang diusir dari Keluarga Cendana karena dituding lakukan hal ini ke Soeharto (Instagram @jejaksoeharto_, @prabowo_muda)
