Sejarah Pulau Bangka Belitung Sebelum Timahnya Jadi Rebutan, Disepelekan, Sarang Perompak hingga Disebut Pulau Mayit -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sejarah Pulau Bangka Belitung Sebelum Timahnya Jadi Rebutan, Disepelekan, Sarang Perompak hingga Disebut Pulau Mayit

Kamis, 04 April 2024 | April 04, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-04-04T11:51:21Z

Wilayah Bangka Belitung dalam waktu belakangan ramai jadi sorotan setelah mencuat kasus mega korupsi yang menyeret nama crazy rich Harvey Moeis yang tak lain suami dari Sandra Dewi.

Pada medio tahun 2008, nama Bangka Belitung sempat hits setelah menjadi latar film Laskar Pelangi yang merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Andrea Hirata.

16 tahun berselang, wilayah yang berada di bagian timur Pulau Sumatera ini kembali mencuri perhatian.

Tapi kali ini bukan karena menjadi tempat syuting film melainkan jadi latar kasus dugaan korupsi timah yang melibatkan dua crazy rich yakni Helena Lim dan Harvey Moeis.

Harvey Moeis jamak dikenal sebagai suami dari artis Sandra Dewi.

Terlepas dari kasus korupsi yang menjerat Harvey Moeis dan kroni-kroninya, timah dan Bangka Belitung memiliki pertalian yang erat sejak zaman dahulu.

Timah bisa dibilang merupakan komoditi utama dan penggerak ekonomi paling dominan di kawasan kepulauan Bangka Belitung.

Meski begitu, jauh sebelum timah ditemukan dan jadi rebutan banyak pihak, pulau Bangka Belitung bukanlah tempat yang diperhitungkan, bahkan hanya dipandang sebelah mata.

Disebut Pulau Mayit

Mengutip dari buku Lintas Sejarah Perdagangan Timah di Bangka-Belitung Abad 19 dan 20 keluaran Kemendikbud tahun 2017, asal muasal nama Bangka terdapat beragam versi salah satunya berdasar catatan yang tertulis dalam sejarah Dinasti Ming.

Diriwayatkan bahwa pulau Bangka disebut juga sebagai Ma-Yi-dong atau Ma-yi-Tung . Ma-yi-dong konon terletak di sebelah barat puau Gao-lan atau Belitung.

Istilah itu merupakan julukan para pedangang arab untuk pulau Bangka.

Kata tersebut berasal dari kata Mayit atau dalam bahasa yang lebih halus bangkai.

Menurut pendapat umum bangkai yang dimaksud merupakan bangkai kapal yang banyak kandas atau pecah dan karam. Bangkai kapal ini banyak ditemukan di timur pulau Bangka tersebut.

Sementara itu, berdasarkan sejarahnya, Pulau Bangka pernah ditinggali umat Hindu pada abad ke-7.

Di masa kerajaan Sriwijaya, pulau Bangka merupakan salah satu daerah taklukkan kerajaan maritim tersebut.

Tak hanya Sriwijaya, Kerajaan Majapahit hingga Mataram tercatat juga pernah menguasai pulau Bangka.

Meski begitu, pulai ini nyaris tak pernah jadi perhatian walau letaknya yang strategis.

Jadi Sarang Perompak

Baik Kerajaan Sriwijaya maupun Majapahit ketika menduduki pulau Bangka lebih mengutamakan wilayah itu sebagai basis pertahanan.

Mereka nyaris tak terlalu memperhatikan mengenai potensi sumber daya alam yang besar di pulau tersebut hingga akhirnya ditinggalkan dan terbengkalai.

Di saat itulah, pulau Bangka menjelma menjadi sarang para perompak yang ganas.

Baru ketika abad ke-15 yakni di awal tahun 1600-an, situasi dan kondisi pulau Bangka mulai kondusif sejak keadtangan pasukan dari Minangkabau yang kala itu dipimpin Sultan Johor.

Kedatangan Sultan Johor inilah yang nantinya menjadi penanda persebaran Islam di tanah Bangka.

Penambangan Timah

Selain menjadi tonggak persebaran agama, keturunan Sultan Johor ini yang kemudian memperkenalkan penambangan timah di Pulau Bangka.

Mereka adalah orang-orang Johor yang memiliki garis keturunan Cina tetapi beragama Islam. Mereka disebut masih memiliki kekerabatan dengan Kesultanan Palembang.

Berdasar sumber versi tahun 1711, terdapat tokoh seorang Cina bernama Oen Asing atau Boen Asiong yang melakukan aktivitas penambangan di wilaha Pulau Bangka tepatnya di Kampung Belo Mentok.

Orang ini disebut berpengaruh terhadap munculnya gerakan pembaharuan dalam penambangan timah dengan menggunakan mesin, teknik perapian untuk membakar timah yang lebih efisien dan melakukan standarisasi bentuk dan berat timah.

Sumber: suara
Foto: Lahan tambang timah yang rusak di Bangka Belitung. (dok Walhi)
×
Berita Terbaru Update
close