Promotor: Metode Penelitian Dokter Terawan Sudah Sesuai Standar Program Doktor di Unhas -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Promotor: Metode Penelitian Dokter Terawan Sudah Sesuai Standar Program Doktor di Unhas

Selasa, 05 April 2022 | April 05, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-04-05T14:06:42Z

WANHEARTNEWS.COM - Dokter Terawan menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Hasanuddin Makassar. Disertasinya membahas soal terapi "cuci otak" yang lagi marak diperdebatkan.

SuaraSulsel.id sudah berulang kali menghubungi salah satu promotor dokter Terawan di Kampus Unhas kala itu, Prof dr Irawan Yusuf.

Namun, mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unhas itu mengaku belum bersedia diwawancara. Terkait kasus dokter Terawan yang terus menjadi polemik.

Dokter Irawan hanya mengizinkan mengutip kembali hasil wawancaranya dengan salah satu stasiun TV pada tahun 2018. Videonya masih bisa diakses di youtube.

Dari wawancara dengan dokter Irawan yang ditayangkan di youtube, ia mengaku sebenarnya tidak ada masalah dengan metode pengobatan dokter Terawan.

"Saya katakan dalam dunia kedokteran itu, hampir semua teknologi yang membuat terobosan selalu dimulai dari kontroversi. Tapi kontroversi ini harus diselesaikan dengan riset panjang," ujar dokter Irawan saat itu.

Terawan, kata promotor, mampu membuktikannya. Bahkan inovasi Terawan sudah diujicobakan ke beberapa orang. Termasuk ke penderita stroke.

"Terawan bisa mengubah DSA dari diagnosis menjadi terapi. Dengan menginjeksi Heparin ke pasien," ungkap Irawan.

Irawan mengatakan, dari sudut metode penelitian yang digunakan dokter Terawan, ini sudah sesuai standar yang digunakan mahasiswa S3. Program Doktor di Unhas.

Irawan menambahkan, seorang dokter harus berani berinovasi. Jika ingin maju. Namun, perlu adanya riset. Agar inovasi tersebut betul-betul teruji.

Menurut Irawan, dokter Terawan telah melakukan riset yang cukup lama.

Unhas Minta MKEK IDI Buktikan Tuduhan Terhadap Disertasi Dokter Terawan

Universitas Hasanuddin Makassar menanggapi tuduhan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia atau MKEK IDI.

Seperti diketahui, MKEK IDI menuduh pembimbing dokter Terawan di Unhas. Mendapat tekanan soal disertasi berisi metode "cuci otak" pada tahun 2016. Hal tersebut membuat pihak Unhas bereaksi.

"Harusnya MKEK IDI bisa membuktikan tuduhannya itu. Tidak berandai-andai," kata Kepala Subdit Humas dan Informasi Publik Direktorat Komunikasi Unhas, Ishaq Rahman, Selasa 5 April 2022.

Ishaq mengatakan, harusnya IDI bisa membuktikan bahwa para pembimbing Terawan mendapat tekanan. Saat melakukan uji disertasi tersebut. Sekaligus menyebut siapa nama pihak yang menekan.

Sebelumnya, anggota MKEK IDI, Rianto Setiabudy yakin para pembimbing Terawan di Universitas Hasanuddin sebenarnya tahu ada kekurangan dari terapi "cuci otak" tersebut. Namun, mereka diam karena ditekan oleh pihak eksternal.

"Sebetulnya mereka tahu sejak semula weakness ini, cuma mereka terpaksa mengiyakannya. Karena konon ada tekanan eksternal," ujar Rianto.

MKEK sendiri sudah merekomendasikan agar Terawan diberhentikan dari IDI. Terapi cuci otak jadi penyebabnya.

Kata Rianto, terapi cuci otak Terawan punya kelemahan secara substansial. Metode Intra-Arterial Heparin Flushing (IAHF) yang digunakan merupakan modifikasi Digital Subtraction Angiography (DSA).

Salah satu kekurangannya adalah metode DSA Terawan menggunakan heparin. Caranya, memasukkan kateter dari suatu pembuluh darah di paha sampai ke otak dan akan dilepaskan ke kontras otak.

Sumber: suara

×
Berita Terbaru Update
close