Soal Pakai Jilbab, Guntur Romli: Ngapain sih Dipaksa-paksa, Putrinya Anies Aja Gak Pake -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Soal Pakai Jilbab, Guntur Romli: Ngapain sih Dipaksa-paksa, Putrinya Anies Aja Gak Pake

Senin, 01 Agustus 2022 | Agustus 01, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-08-01T00:15:07Z

WANHEARTNEWS.COM - Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Mohamad Guntur Romli menanggapi berita soal siswi SMA yang mengaku depresi usai dipaksa mengenakan jilbab oleh guru.

Guntur Romli menilai, pemakaian jilbab seharusnya tidak dipaksakan. Mengenakan jilbab seharusnya berdasarkan pilihan sendiri.

Ia pun menyinggung putri Gubernur Anies Baswedan, Mutiara Annisa Baswedan yang tak menggunakan jilbab.

“Ngapain sih dipaksa-paksa? Putrinya Anies Baswedan aja gak pake jilbab,” kata Guntur Romli melalui akun Twitter @GunRomli, seperti dikutip pada Sabtu, 30 Juli 2022.

“Kalau memang mau pake jilbab biarkan pilihan dia sendiri. Jangan dipaksa-dipaksa,” sambungnya.

Bersama pernyataannya, Guntur Romli membagikan berita berjudul “Siswi SMA di Bantul Mengaku Depresi Usai Dipaksa Kenakan Hijab”.

Dilansir dari CNN Indonesia, seorang siswi kelas X SMAN 1 Banguntapan Bantul, DIY mengaku mengalami depresi usai dipaksa mengenakan jilbab di sekolahnya.

Menurut Aliansi Masyarakat Peduli Pendidikan Yogyakarta (AMPPY), siswi itu mengaku dipaksa memakai jilbab sebagai salah satu bagian seragam wajib ketika Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Koordinator AMPPY, Yuliani selaku pendamping siswi menceritakan, peristiwa bermula ketika siswi tersebut menjalani hari pertama MPLS tanggal 18 Juli 2022.

Siswi bersangkutan masuk ke sekolah seperti biasa tanpa mengenakan hijab.

Lalu, siswi berusia 16 tahun itu menerima pesan undangan panggilan ke ruang Bimbingan dan Konseling (BK) via WhatsApp.

“Kemudian tanggal 19 (Juli), menurut WA di saya ini, anak itu dipanggil di BP (BK) diinterogasi tiga guru BP. Bunyinya itu, kenapa enggak pakai hijab?” kata Yuli pada Jumat, 29 Juli 2022.

Yuli melanjutkan, siswi tersebut menjawab belum berkenan mengenakan hijab, meskipun ayahnya sebenarnya telah membelikan jilbab yang dijual sekolah sebagai salah satu atribut wajib siswa/siswi SMAN 1 Banguntapan.

“Dia belum mau. Itu kan enggak apa-apa, hak asasi manusia,” ujaranya.
Namun, lanjut Yuli, siswi itu mengaku terus dikorek keterangannya hingga merasa tersudut. Akhirnya, oleh salah seorang guru di sana ia dipakaikan hijab.

“Nah itu sudah. Gurunya makein ke si anak itu. Itu kan namanya sudah pemaksaan,” katanya.

Siswi itu mengaku kepada Yuli bahwa di sela-sela pemeriksaan oleh BK, ia meminta izin pergi ke toilet. Katanya, siswi itu lalu menangis selama sekitar satu jam.

“Izin ke toilet kok enggak masuk-masuk kan mungkin BK ketakutan terus diketok, anaknya mau bukain pintu dalam kondisi sudah lemas terus dibawa ke UKS. Dia baru dipanggilkan orang tuanya,” ungkapnya.

Yuli menduga siswi itu mengalami trauma usai dua kali dipanggil oleh BK untuk persoalan yang sama.

Pada tanggal 24 Juli kemarin, siswi bersangkutan disebut mengurung diri seharian di kamar rumahnya.

Pada 25 Juli, siswi tersebut jatuh pingsan saat mengikuti kegiatan upacara bendera. 

Menurut Yuli, pihak sekolah tak melaporkan kejadian ini ke pihak wali murid.

Setelahnya, siswi itu sempat tak mau makan. Bahkan, anak semata wayang ini tidak mau berbicara kepada orangtuanya.

“Jadi kemarin saya sudah dipertemukan pihak sekolah oleh dinas (Dinas Pendidikan dan Olahraga DIY). Saya minta dipertemukan, yang datang dinas dan BP. Seolah-olah dia (BK) mengkambinghitamkan bahwa ini adalah ada persoalan di keluarga,” ungkap Yuli.

Padahal, kata Yuli, siswi bersangkutan sudah tidak berjilbab sejak duduk di bangku SMP. Sehingga, baginya, argumen masalah keluarga itu tidak valid.

Ke depannya, menimbang ketidaknyamanan siswi tersebut, AMPPY meminta Dinas Pendidikan Bantul turun tangan menangani perkara ini.

KPAI juga turut dilibatkan untuk membantu manakala siswi tersebut akhirnya terpaksa harus dipindah dari satuan pendidikan tersebut.

“Tapi anaknya jelas sudah sangat trauma ya. Sampai sekarang aja belum masuk. Trauma dia tidak mau sekolah di situ,” kata Yuli.

“Okelah pasti nanti kita pindah karena KPAI saya libatkan, ORI juga terlibat karena menurut dilihat fotonya itu si anak depresi berat,” sambungnya.

×
Berita Terbaru Update
close