Keras! Gus Umar Tampol Arteria Dahlan: Kalau Jokowi bhs Jawa Apa Ente Berani Minta Jokowi Dipecat Juga? -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Keras! Gus Umar Tampol Arteria Dahlan: Kalau Jokowi bhs Jawa Apa Ente Berani Minta Jokowi Dipecat Juga?

Rabu, 19 Januari 2022 | Januari 19, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-01-19T12:06:09Z


WANHEARTNEWS.COM - Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Umar Syadat Hasibuan atau Gus Umar ikut mengomentari terkait Arteria Dahlan.

Diketahui jika legislator Komisi III DPR RI itu meminta Kajati yang menggunakan bahasa Sunda saat rapat bersama Jaksa Agung dan DPR RI diganti.

“Apa salahnya Kajati Jabar berbahasa Sunda? Indonesia itu merdeka dengan berbagai bahasa daerah,” ucap Gus Umar dilansir dari twitter pribadinya, Rabu (19/1/2022).

Gus umar pun menyayangkan sikap yang dilakukan Arteria tersebut.

Pasalnya, dalam beberapa kesempatan Presiden Jokowi juga sering memakai bahasa daerah. Tak hanya Jokowi, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pun demikian.

“Itulah kekayaan indonesia.Terus kalau pak jokowi bhs jawa sama bu mega apa ente berani minta jokowi dipecat jg arteria dahlan? Ayo klu lo berani,” kata Gus Umar.

Sebelumnya, Budayawan Sunda Budi Dalton juga mengkritik ucapan Arteria. Budi Dalton menganggap, ucapan Arteria adalah rasis.

“Percuma rakyat euy menggembar-gemborkan toleransi, lalu persatuan, wakil rakyat-na rasis kitu,” kata Budi Dalton dikutip Fajar.co.id dari unggahan Instagramnya, Rabu (19/1/2022).

Dosen di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra (FISS) Universitas Pasundan itu membandingkan dengan bahasa lain. Kata Budi, mengapa orang yang berbahasa Indonesia dan menyelipkan bahasa Inggris tidak ia kritik.

Justru orang yang berbahasa Indonesia dan menyelipkan bahasa Sunda yang merupakan bahasa dari Indonesia sendiri dikritik. Malahan ia meminta Kejati yang tak ia sebut namanya itu dipecat, karena memakai bahasa Sunda.

Lagi pula di dalam sebuah rapat itu juga banyak yang menggunakan istilah bahasa Inggris, bahasa daerah lainnya. Tentunya tidak keseluruhan rapat itu berbahasa Sunda, saya yakin. Tapi pada saat idiom sunda itu muncul dikritik kalau yang berbahasa lain tidak,” jelas budayawan Sunda ini. (FAJAR)
×
Berita Terbaru Update
close