Serikat Pekerja Desak Pemerintah Jelaskan Detail JKP Buat Pekerja yang Persulit Pencairan JHT -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Serikat Pekerja Desak Pemerintah Jelaskan Detail JKP Buat Pekerja yang Persulit Pencairan JHT

Senin, 14 Februari 2022 | Februari 14, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-02-15T03:27:52Z

WANHEARTNEWS.COM - Pemerintah didesak untuk menjelaskan secara detail soal Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang dijadikan sebagai bantalan kebijakan Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 tentang pencairan JHT (Jaminan Hari Tua) di usia pensiun 56 tahun yang kini menjadi polemik.

Menurut Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Transport Seluruh Indonesia (FSPTSI-KSPSI) HM Jusuf Rizal, perlu penjelasan dan sosialisasi, bahwa pemerintah telah menyiapkan program JKP (Jaminan Kehilangan Pekerjaan) jika terjadi PHK atau Kehilangan Pekerjaan.

“Tentu pemerintah memiliki dasar yang cukup untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kepentingan Pekerja dan Buruh sebagaimana UU yang telah mengaturnya, termasuk merevisi Permenaker Nomor 2 Tahun 2022," kata Jusuf kepada media di Jakarta pada Senin (14/2/2022).

Menurutnya, kelemahan pemerintah tersebut menjadi akar, karena tidak melakukan sosialisasi dengan baik terhadap program JKP akibat dampak tsunami Pandemi Covid-19 sebagai backup dampak PHK dan kehilangan pekerjaan.

Jika berdasarkan data yang diperoleh dari BPJS Ketenagakerjaan, klaim JHT mayoritas banyak dilakukan pekerja yang nilainya antara Rp 2-3 juta.  Berbeda dengan yang telah bekerja di atas 20 tahun lebih.

Karena itu, lanjut Jusuf Rizal tidak beralasan juga, jika pekerja menolak pencairan saat masa pensiun 56 tahun agar nanti mampu menikmati hasil kerjanya saat purna kerja. Itu bentuk proteksi pemerintah untuk masa depan para pekerja.

Bagaimana yang terkena PHK?

Pemerintah telah siapkan JKP untuk mengcover mereka yang terkena PHK. Nilainya justru lebih besar dari rata-rata klaim JHT yang hanya Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Pemerintah telah siapkan Rp 5 juta hingga enam bulan untuk peningkatan kompetensi para pekerja dan buruh.

“Jadi jika ada penolakan JHT hingga 56 Tahun masa pensiun dengan alasan untuk modal PHK atau kehilangan pekerjaan, justru tidak signifikan. Uang Rp 2 juta hingga Rp 3 juta mau pakai modal usaha apa hari gini,” kata Jusuf Rizal yang organisasinya kini membawahi para Driver-Biker-Ojek Kamtibmas Community (DBOKC) seluruh Indonesia.

Justru melalui program JKP sebagai backup bagi para pekerja PHK dan kehilangan pekerjaan menunjukkan komitmen pemerintah untuk memberi perlindungan dan jaminan kesejahteraan bagi masa purna para pekerja dan buruh.

Sumber: suara

×
Berita Terbaru Update
close