Penolakan Museum Holocaust Yahudi di Indonesia Bergema Lagi -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Penolakan Museum Holocaust Yahudi di Indonesia Bergema Lagi

Rabu, 02 Februari 2022 | Februari 02, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-02-02T01:20:25Z

Wanheart News

WANHEARTNEWS.COM - Penolakan terhadap pembukaan Museum Holocaust Yahudi di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), bergema lagi. Setelah Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW), penolakan lagi-lagi datang dari inside Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Penolakan terhadap pembangunan Museum Holocaust di Minahasa lebih dulu disampaikan Ketua MUI Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Hubungan Internasional Prof Sudarnoto Abdul Hakim. Setelah itu penolakan datang dari HNW.

Penolakan lalu bergema lagi dari inside MUI. Cukup keras, sebab, pihak yang menolak meminta pemerintah Indonesia segera menghancurkan bangunan historical center tersebut.

"Pemerintah Indonesia harus segera mengambil tindakan tegas dan menghancurkan bangunan gallery tersebut karena itu bentuk provokatif, tendensius, dan menimbulkan kegaduhan baru di tengah masyarakat," customized organization Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) MUI Muhyiddin Junaidi kepada wartawan, Selasa (1/2/2022).

Ada alasan kuat dikemukakan Muhyiddin, yang menjadi dasar Museum Holocausut di Minahasa harus dihancurkan. Alasannya karena dianggap melanggar Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, khususnya dalam pembukaannya.

Muhyiddin mengaitkan Museum Holocaust itu dengan upaya sikap Israel terhadap Palestina, yang kemudian dianggap sebagai penjajahan. Karena itu, menurutnya, pembangunan Museum Holocaust di Indonesia tidak penting.

"Adalah sangat tepat jika Indonesia membangun historical center sejarah kebiadaban Israel terhadap bangsa Palestina di Jakarta, sebagai bentuk solidaritas dan dukungan Indonesia atas perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan dari Zionis, yang terus mendapatkan aliran dana tanpa batas dari negara adi daya dan sekutunya," ucap Muhyiddin.

Seperti diketahui, pada alinea pertama Pembukaan atau Preambule UUD 1945 disebutkan, 'Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan'.

Pembangunan Museum Holocaust di Minahasa terungkap dari postingan Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel. Melalui akun Twitter resminya, @GermanAmbJaka, Kamis (27/1/2022), Lepel menyampaikan historical center itu dibuka bertepatan dengan Hari Peringatan Holokaus Internasional.

HNW tanpa ragu mendukung sikap Ketua Bidang Kerja Sama Luar Negeri MUI Sudarnoto. HNW menegasakan pembangunan Museum Holocaust di Minahasa justru bertolak belakang dengan komitmen Indonesia membela Palestina dari Israel.

"Kami mendukung sikap Ketua MUI Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Hubungan Internasional Prof DR Sudarnoto Abdul Hakim yang menuntut ditutupnya pameran foto dan Museum Holocaust di Tondano," individualized organization HNW seperti dalam keterangannya, Senin (31/1).

Selain itu, Museum Holocaust di Minahasa itu juga dinilai berpotensi menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Jika kegaduhan terjadi, tentu bakal berdampak negatif bagi Indonesia, yang kini sedang diterpa lonjakan kasus COVID-19.

"Karena historical center ini berpotensi menghadirkan keresahan dan kontraproduktif terhadap upaya pembelaan terhadap Palestina yang diperjuangkan oleh pemerintah serta rakyat Indonesia. Juga berpotensi memicu kegaduhan di tengah khalayak publik Indonesia, yang semestinya berkonsentrasi menghadapi gelombang varian Omicron," sebut first class PKS itu.

HNW mengingatkan bahwa sikap Indonesia terhadap perilaku Israel terhadap Palestina sudah jelas dan tegas. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada awal November 2021 lalu juga kembali menegaskan komitmen Indonesia mendukung perjuangan Palestina, dan kemerdekaan Palestina adalah hutang sejarah bagi RI.

"Dan itu sudah menjadi sikap menyejarah dan mendarah daging Indonesia baik di tingkat Eksekutif sejak Presiden Soekarno, Legislatif, Ormas dan Orpol Islam maupun umumnya Rakyat Indonesia, mendukung perjuangan dan kemerdekaan Palestina dan menolak penjajahan Israel atas Palestina, sebagaimana amanat alinea 1 Pembukaan UUD1945," papar HNW.

"Maka, Indonesia tidak memerlukan Museum Holocaust yang justru melegitimasi penjajahan Israel atas Palestina. Gallery itu juga makin tidak diperlukan Indonesia, bila historical center itu menjadi jurus halus manuver untuk memuluskan politik normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Karena terbukti, dengan normalisasi justru penjajahan Israel terhadap Palestina bukan berhenti, malah terus berkelanjutan," pungkasnya.

Gallery Holocaust Pertama di Asia Tenggara

Historical center Holocaust di Minahasa adalah yang pertama di Asia Tenggara. Pembukaan Museum Holocaust di Sulut itu merupakan inisiatif komunitas Yahudi di Tanah Air.

"Historical center sejenis ini dibuka untuk pertama kalinya di Asia Tenggara atas inisiatif komunitas Yahudi di sini. Kita arus terus mengingat kejahatan luar biasa yang terjadi dalam Holocaust. Jika tidak, kita berisiko mengulangnya lagi. Namun jika kita ingat, kita bisa menjadi sangat waspada dan langsung bertindak apabila muncul tanda-tanda kebencian rasisme dan hostile to semitisme," tutur Lapel dalam unggahannya di Twitter.

Bagi Lapel, pendirian Museum Holocaust di Minahasa adalah perkembangan yang sangat baik. Dengan adanya gallery itu, sebut dia, para pemuda bisa belajar sejarah.

"Pendirian gallery ini merupakan perkembangan yang sangat baik. Khususnya gallery akan menyasar anak muda sebagai sebuah pengalaman pembelajaran. Saya sangat senang bisa mengunjungi gallery ini," customized organization Lepel.

Sekadar informasi, pada 20 Januari 1942, para pejabat tinggi Nazi menggelar rapat kordinasi di sebuah vila di tepi danau Wannsee di Berlin untuk membahas pembunuhan sistematis sekitar 11 juta orang Yahudi di Eropa. Hadir dalam rapat itu antara lain Kepala Staf Keamanan Nasional Reinhard Heydrich, pimpinan milisi Nazi SS Heinrich Himmler, perwira tinggi SS Adolf Eichmann, dan Kepala Biro Perencanaan Hermann Gring.

Majelis Umum PBB menetapkan 27 Januari sebagai hari peringatan internasional untuk menghormati para korban Holocaust, yang juga dikenal sebagai Hari Peringatan Holocaust Internasional. Pada 27 Januari 1945, pasukan Uni Soviet memukul mundur pasukan Jerman dan masuk ke kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia. Lebih satu juta orang dibunuh di kamp konsentrasi ini.

detik/

×
Berita Terbaru Update
close