Kerugian Membengkak 3 Kali Lipat, Saham GoTo Merosot -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kerugian Membengkak 3 Kali Lipat, Saham GoTo Merosot

Rabu, 01 Juni 2022 | Juni 01, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-06-01T05:01:25Z

WANHEARTNEWS.COM -

WANHEARTNEWS.COM - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) mencatatkan peningkatan rugi pada kuartal I 2022. Rugi belum pajak sebesar Rp 6,63 triliun. Angka tersebut naik tajam dibanding kerugian pada kuartal I 2021 senilai Rp 1,98 triliun.

Dari sisi pendapatan, GoTo berhasil mencatatkan pertumbuhan 65,5 persen year-on-year (YoY) menjadi hampir Rp 1,497 triliun. Namun total beban di luar beban keuangan GOTO membengkak 206 persen YoY, dari Rp 3,04 triliun menjadi Rp 9,29 triliun.

Beban pokok penjualan dan pemasaran GOTO naik 665 persen atau delapan kali hingga akhir Maret 2022, dari Rp 431,49 miliar menjadi Rp 3,3 triliun. Bobot pos tersebut mencapai 36 persen dari total beban biaya.

Laporan keuangan tersebut lantas membuat saham GoTo merosot kemarin sore. Turun 3,18 persen atau minus 10 poin ke level Rp 304.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan mengatakan, karakteristik investor domestik agak jarang memperhatikan fundamental emiten perusahaan. Cenderung prosiklikal.

“Ketika satu saham lagi naik biasanya akan jadi perhatian. Tapi ingat itu tidak berlangsung lama. Ketika mereka sudah nyangkut, kemudian sahamnya bergerak positif biasanya menjual saham itu,” ungkapnya saat dihubungi Jawa Pos, Selasa (31/5).

Pria yang akrab disapa Ucok itu menyebut, saham perusahaan teknologi memiliki euforia yang besar di awal. Tapi ketika sudah ARA (auto rejection atas), mayoritas memilih keluar atau menjual. Pengalaman IPO saham Bukalapak (BUKA) membuat investor hati-hati.

“Saya memperhatikan bahwa pengetahuan investor domestik semakin baik,” imbuhnya.

Ucok menyebut, tren pergerakan saham di Indonesia ini tergantung cara perusahaan berpromosi. Seberapa besar belanja iklan dan populer perusahaan tersebut.

Meski masih merugi, tapi ketika iklan dan promosinya bagus ditambah momentum yang pas, maka sahamnya akan terus terkerek naik. Namun, dia menilai, GoTo terbilang telat momen saat IPO. Karena ingar bingar teknologi sudah berlangsung saat 2021, saat maraknya berita digitalisasi akibat pandemi.

“Makanya sejak IPO, saham GoTo belum pernah naik sampai 25 persen. Harusnya memang investor berhati-hati. Mereka nggak mau nyangkut juga dari pengalaman berinvestasi IPO Bukalapak,” bebernya.

Proyeksi ke depan, tren saham GoTO bergantung pada seberapa besar porsi investor yang memperhatikan fundamental dan investor yang tidak memperhatikan itu. “Ketika lebih banyak investor yang melihat fundamental ya bisa rebound. Karena GoTo juga berinovasi dengan berbagai macam produk untuk menggenjot bisnisnya,” tandasnya.

CEO GoTo Andre Soelistyo menyatakan, rugi perusahaan naik tajam lantaran membandingkan data laporan keuangan kuartal I 2021 tanpa Tokopedia. Sedangkan, Gojek baru resmi bergabung dengan Tokopedia pada Mei 2021.

“Hal ini kurang tepat. Untuk menggambarkan bisnis secara apple to apple akan lebih tepat menggunakan laporan keuangan performa,” ungkapnya.

Kenaikan baik dari sisi pendapatan dan beban biaya GoTo ada kaitannya dengan aksi korporasi yang dilakukan oleh perseroan. Kombinasi Gojek dan Tokopedia menempatkan perusahaan dalam posisi yang lebih baik untuk melayani konsumen.

Secara operasional mampu mencetak kinerja yang kuat. Serta, fokus mendorong penggunaan platform-platform terdepan.

Misalnya, GoPay sebagai uang elektronik yang paling banyak digunakan di Tokopedia, menyelaraskan status program loyalitas di Gojek dan Tokopedia. Serta, mengonsolidasi sistem poin penghargaan GoPay Coins di seluruh ekosistem.

Hasilnya, GoTo mencatatkan pertumbuhan 37 persen untuk jumlah pengguna yang bertransaksi dalam setahun (annual transacting users atau ATU). Dengan kecenderungan berbelanja lebih banyak dan lebih setia dibandingkan dengan pengguna salah satu platform saja.

Andre optimistis bisa mencatat peningkatan kinerja di kuartal II 2022. GoTo menargetkan gross transaction value (GTV) antara Rp 142 triliun-Rp 145 triliun. Juga, memproyeksi pendapatan bruto berkisar Rp 5,3 triliun sampai Rp 5,6 triliun di periode April-Juni.

Finansial teknologi menjadi satu area fokus ekosistem GoTo. Pertumbuhan layanan GTV GoTo Financial mencapai Rp77,5 triliun atau tumbuh 91 persen YoY.

“Perlu ditambahkan juga bahwa yang kami lihat setiap konsumen yang menggunakan layanan finansial kami, engagement terhadap platform juga tumbuh dengan sangat baik,” tandasnya.

Sumber: jawapos

×
Berita Terbaru Update
close