Temui Kiai Muda se-Jatim, Puan: Dulu Bu Mega dan Gus Dur seperti Kakak-Adik, Kenapa Kita Tidak? -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Temui Kiai Muda se-Jatim, Puan: Dulu Bu Mega dan Gus Dur seperti Kakak-Adik, Kenapa Kita Tidak?

Kamis, 16 Juni 2022 | Juni 16, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-06-16T12:54:44Z

WANHEARTNEWS.COM - Ketua DPR RI Puan Maharani menemui kiai-kiai muda Nahdlatul Ulama (NU) atau Gus se-Jawa Timur.

Pertemuan bertajuk Ta'aruf Mbak Puan dengan para Gus (Gawagis) ini berlangsung di Surabaya, Rabu (15/6/2022) malam.

Puan menyebut pertemuan itu merupakan tradisi keluarga yang diturunkan dari orangtua mereka. "Ini forum yang bagus untuk menjahit silaturahmi para kakek-kakek kita. Dan sekarang kita genersi ketiga melanjutkannya,” kata Puan dalam keterangannya, Kamis (16/6/2022).

Puan meminta agar silaturahmi seperti ini dilakukan secara berkala. Puan ingin seperti kakek dan ibunya yang dekat dengan para kiai.

"Dulu Bung Karno dan para kiai selalu bergandengan. Bu Mega dan Gus Dur seperti kakak-adik, ke mana-mana selalu rendengan. Kenapa kita tidak seperti itu sekarang?” tuturnya.

Menurut Puan, pertemuan dengan Gus-gus tersebut dapat menjadi pijakan untuk membangun masa depan bangsa Indonesia.

"Silaturahmi didasari niat untuk membangun Indonesia ke depan. Tugas kita menjaga Indonesia yang berbineka,” sebut Puan Maharani.

“Komitmen saya untuk mendorong perhatian kepada pesantren lebih besar,” sambungnya.

Beberapa Gus yang hadir di antaranya adalah Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban, KH Maksum Faqih yang menjadi salah inisiator acara Ta’aruf dengan dengan Puan. Kemudian ada juga KH Nabil Hasbullah (Ponpes Darul Hikam Ponorogo), KH Moh Hasib Wahab (Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas Jombang), dan KH Moh Hisyam (Probolinggo), KH Nabil Hasbullah (Pondok Pesantren Darul Hikam Joresan Mlarak Ponorogo).

Dalam pertemuan tersebut, Gus Maksum mengibaratkan Puan tengah kembali ke rumah yang telah dibangun oleh Bung Karno dan para Kiai NU. Para Gus juga sepakat memanggil Puan dengan sebutan Ning.

“Ini panjenengan seperti kembali ke rumah. Kalau kembali ke rumah harus nyaman sebagai satu keluarga. Karena berkumpul dan satu keluarga dengan Gus-Gus, maka kita panggil saja Ning Maharani,” ungkap Gus Maksum.

Geliat kader PDI Perjuangan untuk mengusung Ketua DPR RI Puan Maharani sebagai calon presiden (capres) terus menguat. Hal itu disampaikan Ketua DPC PDIP Bojonegoro Abidin Fikri di Jakarta, Sabtu 28 Mei 2022.

"Saya rutin diskusi langsung dengan kader dan pengurus di bawah. Dorongan dari mereka umumnya adalah kapan kita bisa secara resmi mengampanyekan Mbak Puan sebagai capres," kata Abidin Fikri yang dilansir Antara, Minggu (29/5/2022).

Dinamika yang berkembang, mulai dari pengurus anak ranting, pengurus ranting hingga pengurus anak cabang (PAC), saat ini merasakan wacana tersebut menguatkan soliditas partai di tingkat bawah dan menjadi kebanggaan untuk bisa mengusung kader potensial.

Menurut dia, dinamika pencalonan Puan tersebut tidak bisa dicegah. Namun, kewenangan untuk memutuskan calon berada di tangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, selain juga aspirasi kader di bawah yang berupaya membangun soliditas dan kebanggaan partai tetap seirama.

"Alasan kader yang menyuarakan Mbak Puan capres juga didasari kesadaran bagaimana strategi partai dalam jangka panjang. Mereka punya kesadaran tentang pentingnya kepemimpinan itu dituntun dengan ideologi partai, sehingga melihat Mbak Puan sosok yang tepat untuk diusung," jelas Anggota DPR itu.

Dengan adanya dinamika dan menguatnya geliat tersebut, tambahnya, tentu menjadi hal positif karena kader di bawah punya ruang untuk berdiskusi soal kapasitas dan rekam jejak kinerja Puan Maharani.

"Ini penting agar pengetahuan di masyarakat tentang Mbak Puan semakin luas karena secara kerja-kerja politik dan juga kerja sebagai pejabat publik Mbak Puan sebenarnya banyak menorehkan prestasi. Ini yang PDI Perjuangan melalui kader-kadernya bisa secara masif menyosialisasikan," ujar Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) itu.

Puan memiliki rekam jejak kinerja dan kepemimpinan yang membuatnya layak untuk diusung di Pilpres 2024, baik dalam jabatan publik di DPR sejak 2009 maupun jabatan eksekutif sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK).

3 dari 3 halaman
Deklarasi Jauh Jauh Hari
Ketua Harian Relawan Puan Maharani (RPM) Lenny Handayani sepakat dengan wacana agar partai-partai politik mendeklarasikan koalisi dan calon presiden lebih awal. Hal itu agar pemilih tidak seperti membeli kucing dalam karung.

"Perlu nggak sih dari jauh-jauh hari, menurut saya memang sebaiknya dari jauh-jauh hari, tapi kembali lagi ke partai masing-masing," kata Lenny saat dihubungi wartawan, Senin (13/12/2021).

Lenny menuturkan, setiap partai memiliki aturan atau kebijakan masing-masing. Seperti PDIP yang dulu dalam menetapkan capres menunggu sampai detik-detik terakhir.

"Jika untuk melihat kualitas supaya masyarakat tidak membeli kucing dalam karung sebaiknya jauh-jauh hari tapi kembali kebijakan partai masing-masing," tegasnya.

Dia melanjutkan, partai lain mungkin sudah ada yang mendeklarasikan ketua umumnya sebagai capres, namun PDIP belum. Nah, tugas mereka sebagai relawan adalah memberikan informasi, edukasi, dan pengetahuan semuanya tentang Puan Maharani.

"Ketika Ibu Puan ditunjuk jadi capres, maka masyarakat tidak membeli kucing dalam karung karena kami sudah memberikan informasi, berbagai kelebihan Beliau," katanya lagi.

Meski demikian, Lenny berharap PDIP pada akhirnya memutuskan Puan sebagai capres. Karena menurutnya, Ketua DPR tersebut merupakan salah satu kader terbaik partai dan layak menggantikan Presiden Jokowi.

"Kami tidak memaksa partai, Bu Puan nih jadi capres, kami hanya berharap Bu Puan jadi capres dari PDIP," tuturnya.

Sebelumnya, pendiri Cyrus Network, Hasan Nasbi, mengungkap faktor yang dapat mengubah peta dukungan capres yaitu koalisi lebih awal antarpartai politik dan penentuan calon lebih awal.

"Kalau sudah bungkus (kepastian koalisi dan calonnya) saya yakin orang akan melihat oh ini yang sudah punya tiket," ujar Hasan.

Namun elit politik kerap menginginkan calon ditentukan di akhir-akhir. Alasannya karena di akhir makin tinggi harga negonya.

"Padahal publik menginginkan jauh-jauh hari," kata Hasan.

Sumber: liputan6
×
Berita Terbaru Update
close