Politikus PDIP Sebut Tidak Ada Islamophobia, Cholil Nafis: Bila Tidak Ada Itu Buta Fakta! -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Politikus PDIP Sebut Tidak Ada Islamophobia, Cholil Nafis: Bila Tidak Ada Itu Buta Fakta!

Rabu, 20 Juli 2022 | Juli 20, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-07-20T00:42:10Z

WANHEARTNEWS.COM - Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah Kiai Cholil Nafis turut buka suara perihal masalah Islamophobia.

Hal tersebut disampaikan Cholil Nafis melalui sebuah cuitan di akun media sosial Twitter miliknya.

Dalam cuitannya, Cholil Nafis menyebutkan bahwa jika Islamophobia itu benar-benar nyata, bahkan telah diakui dunia.

Hal tersebut seakan membantah adanya tokoh yang menyebut jika Islamophobia tidak ada.

“Islamophobia itu ada, nyata dan diakui dunia,” pungkasnya.

Hanya saja, kata Cholil jangan sampai Islamofobia jangan dibuat menakutkan.

Akan tetapi jika ditanya apakah Islamofobia itu ada atau tidak, ia menjawab ada dan itu kenyataannya.

“Cuma jangan dibuat menakutkan. Tapi kalau dibilang tidak ada Islamophobia itu berarti buta fakta dan mengingkari kenyataan,” lanjutnya.

Lebih lanjut, kata Cholil, ini merupakan tantangan bagi umat muslim untuk menampilkan islam yang ramah.

“Tantangan bagi kita utk menampilkan Islam yg ramah dan kedamaian,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko menilai, di Indonesia tidak ada Islamophobia.

Budiman menyebut tidak masuk akal dan mengada-ada bahwa, Indonesia sebagai negara mayoritas Islam tetapi di dalamnya ada Islamophobia.

“Saya tidak percaya ada 1 masyarakat yang sebagian besar masyarakatnya mengidap phobia pada identitas mayoritas masyarakat tersebut. Misal: Islamphobia melanda mayoritas penduduk satu kota yang mayoritas penduduknya Muslim. Tidak masuk akal. Mengada-ada,” ujar Budiman melalui akun Twitter pribadinya, Senin 18 Juli 2022.

Dia mengatakan, jika mayoritas penduduk mengalami phobia, takut, ngeri dan jijik pada identitas mayoritasnya, maka suda lama masyarakat itu akan bubar, atau bahkan masyarakat itu tak pernah lahir.

“Dalam satu masyarakat yang mendengar adzan 5 kali sehari, sholat berjamaah besar-besaran seminggu sekali, identitas keIslaman tampil dominnan dalam kehidupan sehari-hari, jika masyarakat itu phobia maka pasti banyak orang histeris dan stress karena mengidap phobia tersebut,” ujar Budiman Sudjatmiko.

Anak buah Megawati Soekarnoputri ini menilai, phobia itu gejala kejiwaan orang yang takut, jijik, ngeri pada sesuatu bahkan cuma pada tanda-tanda sesuatu itu.

“Misal orang yang phobia pada kecoa…lihat kecoa di layar TV aja bisa jejeritan. Saya dulu punya teman yang phobia botol warna biru. Lihat botol biru, terbirit-birit,” kata Budiman.

Budiman tidak yakin Indonesia sebagai mayorita Islam tetapi ada kelompok yang phobia teradap Islam itu sendiri.

Dia menganalogikan bahwa orang yang mengatakan Indonesia ada Islamophobia itu seperti menyebut ikan laut phobia dengan air asing.

“Memangnya di Indonesia ada orang yang mual-mual gara-gara lihat perempuan berjilbab atau mendengar adzan? Kalau ya, petugas kebersihan pasti repot karena tiap bebebrapa jam harus membersihkan muntah-muntah orang indonesua di pinggir jalan di restosan, di sekolah dll,” pungkasnya.

×
Berita Terbaru Update
close