Jokowi Cerita Sulitnya Bicara dengan Putin: Belokkan Topik, Enggak Ketemu-ketemu -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jokowi Cerita Sulitnya Bicara dengan Putin: Belokkan Topik, Enggak Ketemu-ketemu

Kamis, 08 September 2022 | September 08, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-09-08T01:02:17Z

WANHEARTNEWS.COM - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menceritakan isi pertemuannya selama 2,5 jam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin, Mosckow, pada 30 Juni lalu. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bertemu Putin setelah bersamuh dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky selama 1,5 jam sehari sebelumnya. 

Jokowi mengakui pembicaraan dengan kedua pemimpin negara tersebut tidaklah mudah. Dalam pembicaraan dengan Putin, mantan Wali Kota Solo itu mengaku terpaksa membelokkan topik dalam pertemuan. Tak hanya itu, menyiapkan ruang dialog bagi kedua negara yang sedang berkonflik itu pun tak kalah sukar. 

"Saya belokkan (topik), udahlah saya ngomongnya enggak ketemu-ketemu, saya ngomong krisis pangan saja, akhirnya agak ketemu," ujarnya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Rabu, 7 September 2022.

Jokowi menjumpai kedua pemimpin setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada 24 Februari 2022. Akibatnya, ekspor gandum yang jadi komoditas unggulan Ukraina, diduga terdampak karena blokade Rusia di Pelabuhan Laut Hitam di wilayah Odesa, Ukraina. 

Jokowi lalu menerima informasi dari Zelensky kalau ada stok gandum 22 juta ton yang siap diekspor dari Ukraina. Jumlah bertambah karena ada panen baru yang mencapai 55 juta ton, sehingga total terdapat 77 juta ton gandum yang siap berlabuh meninggalkan pelabuhan Ukraina.

Namun masalah muncul karena 77 juta gandum itu tidak bisa keluar akibat tidak adanya jaminan keamanan dari Rusia, yang tengah menggempur Ukraina. Masalah ini yang disampaikan Jokowi ke Putin di Kremlin. 

"Itu yang saya sampaikan ke Presiden Putin, dan Presiden Putin waktu saya sampaikan, oh saya jamin enggak ada masalah," kata Jokowi menceritakan percakapannya dengan Putin.

Jokowi pun lantas menanyakan apakah jaminan Rusia ini bisa disampaikan langsung dalam pernyataan resmi ke media, dan Putin tidak mengizinkannya."Dan setelah itu mungkin, dua atau tiga minggu, sudah ada satu kapal yang mulai keluar dari Odesa menuju ke Istanbul (Turki)," kata Jokowi.

Pada akhirnya, pembicaraan dengan Zelensky dan Putin ini membuat Jokowi menyimpulkan bahwa perang masih akan berlangsung lama. Bahkan, menghitung seberapa besar dampaknya dan akan kemana saja imbasnya pun juga sangat sulit. Saat ini yang sudah terkena dampak adalah harga pangan yang naik, harga gas yang naik sampai lima kali, dan minyak mentah sampai dua kali,

"Terus nanti akan berimbas ke mana lagi? ke keuangan? iya juga, akan lari ke sana juga, tapi sejauh mana mempengaruhi growth? inflasi? negara mana yang kena? ini harus hati-hati betul," ujarnya.

Jokowi menyebut ada kapal pengangkut gandum dari Ukraina yang akhirnya bisa keluar setelah dirinya bertemu Putin. Ini memang jadi tujuan diplomasi yang dibawa Jokowi dalam kunjungan ke Eropa ini, yaitu gagasan Koridor Pangan.

Koridor pangan artinya memberikan jaminan agar ekspor gandum Ukraina, maupun pangan dan pupuk Rusia, bisa terus berjalan di tengah kecamuk perang. "Ya benar," kata Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno kepada Tempo pada 30 Juni 2022. Arif ikut bersama Jokowi dalam pertemuan dengan negara G7 di Jerman, yang juga membahas masalah perang Rusia Ukraina.

Hanya sebelum Jokowi, gagasan koridor pangan sebenarnya sudah lebih dulu dimulai oleh Turki. Media asal Rusia, TASS, melaporkan sederet pembicaraan antara Turki dan Rusia untuk membangun Koridor Grain (biji-bijian, termasuk gandum). 

TASS melaporkan koridor ini menjadi fokus pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlu Cavusoglu di Antara, Turki, pada 8 Juni, beberapa hari sebelum Jokowi bertemu Putin. Kementerian Luar Negeri Turki lalu melaporkan hal yang sama.

Dalam pertemuan dengan Lavrov, Cavousoglu membahas sejumlah isu dari masalah Libya, Syria, dan khususnya perang di Ukraina. "Serta rencana yang dipimpin PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk pengiriman grain yang aman, dibahas dalam pertemuan tersebut," demikian Kementerian Luar Negeri Turki melaporkan.

Berikutnya pada 23 Juni, media asal Turki, Anadolu Agency, melaporkan bahwa sudah ada konsensus untuk menbangun Koridor Grain ini untuk kelancaran kargo di pelabuhan Laut Hitam. Kabar soal konsensus ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar. 

Bukah hanya di Turki, rencana pembentukan koridor gandum ini mengemuka dalam konferensi pers di kantor pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB pada 8 Juni, hari yang sama dengan pertemuan Lavrov dan Cavusoglu. "Produksi pangan Ukraina, serta pangan dan pupuk RUsia, harus bisa dikirim kembali ke pasar global, meski ada perang," kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.

Guterres juga mengatakan dirinya telah meminta Rebeca Grynspan dan Martin Griffiths untuk mengkoordinasikan dua gugus tugas guna menemukan kesepakatan yang ideal agar ekspor pangan Ukraina yang melewati Lau Hitam bisa berlangsung aman. "Serta akses tanpa hambatan ke pasar global untuk pangan dan pupuk Rusia," kata Guterres.

Grynspan adalah Sekretaris Jenderal United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). Sedangkan, Griffiths menjabat sebagai Under-Secretary-General for Humanitarian Affairs and Emergency Relief Coordinator pada United Nations Regional Office for Central Africa (UNOCA).

Sumber: tempo
×
Berita Terbaru Update
close