MIRIS! Pedagang Lokal Gigit Jari di Sekitar Tempat Acara KTT G20: Pendapatan Turun, Sepi Tamu -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

MIRIS! Pedagang Lokal Gigit Jari di Sekitar Tempat Acara KTT G20: Pendapatan Turun, Sepi Tamu

Jumat, 18 November 2022 | November 18, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-11-18T11:51:15Z

WANHEARTNEWS.COM - Kios-kios UMKM di Jalan Pantai Mengiat, Nusa Dua, Bali, lengang sepekan terakhir. Padahal, tak sampai 1 kilometer dari area tersebut, perhelatan akbar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 berlangsung. 

Pedagang aneka baju barong, kaus, hingga kain pantai, Ketut Ni Yuka, mengeluh jumlah pembeli di kiosnya melorot tajam sejak G20 berlangsung. Pembatasan tamu hotel di sekitar kawasan utama ITDC membuat pelanggannya yang sebagian besar turis asing kabur ke luar area Nusa Dua. 

"Tamu selama G20 enggak ada sama sekali yang mampir sini. Paling yang beli Pak Polisi. Ada pun satu atau dua tamu saja," kata Ketut saat ditemui di kiosnya, Jumat, 18 November 2022. 

Ketut membayangkan kiosnya akan ramai saat tamu-tamu asing delegasi KTT G20 datang. Namun alih-alih kebanjiran pembeli, pendapatannya malah menyusut sampai sepuluh kali lipat. 

Pedangan menunggu pembeli di di kios UMKM kawasan Benoa, Kuta Selatan, Bali, Jumat, 18 November 2022. Pedagang aneka baju barong, kaus, hingga kain pantai, mengeluh jumlah pembeli di kiosnya melorot tajam sejak G20 berlangsung. TEMPO/Francisca Christy Rosana

Perempuan berusia 39 tahun yang sudah berjualan 15 tahun di kawasan wisata Nusa Dua itu cuma mengantungi pendapatan mentok Rp 300 ribu sehari. Padahal sebelum KTT G20, ia bisa meraup pendapatan lebih tinggi sampai Rp 3 juta sehari. 

"Sampai sekarang dampaknya masih terasa. Mudah-mudahan Senin nanti sudah ada tamu," kata Ketut. 

Kondisi yang lebih memelas dialami Wayan Ardani. Perempuan asal Klungkung, 42 tahun, itu bahkan tak mendapatkan limpasan transaksi dari tamu-tamu KTT G20 yang datang. Penjual cenderamata yang telah menempati lapak sejak 2004 lalu itu kudu gigit jari karena sepekan terakhir, tak sepeser pun barangnya laku terjual. 

"Biasanya sehari dapat Rp 300-400 ribu. Ini selama ada ini sepeser pun nggak dapat. Mungkin karena para tamu diarahkan beli suvenir di tempat yang di sana (pusat oleh-oleh)," kata Wayan. 

KTT G20 berlangsung pada 15-16 November. Namun rangkaiannya sudah berlangsung sejak 13 November lalu. Pemerintah membatasi jumlah pengunjung di Nusa Dua dengan menerapkan skema lalu-lintas ganjil-genap. Beberapa ruas jalan juga ditutup pada momen-momen tertentu, misalnya saat gala dinner para tamu KTT. 

Menurut pantauan Tempo, selama KTT G20, kios-kios di kawasan depan gerbang ITDC--yang juga menjadi salah satu pusat kegiatan perhelatan internasional--tidak tutup. Namun, suasananya lengang. Para pedagang hanya duduk-duduk menunggu tamu, juga sesekali menawari delegasi yang berjalan kaki di sekitar area tersebut untuk mampir. 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengklaim KTT G20 akan menggerakkan ekonomi Bali. Selain okupansi yang naik hingga 70 persen, KTT G20 berdampak  terhadap ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif lainnya, seperti penyewaan kendaraan, penjualan UMKM hingga terciptanya lapangan kerja baru.

"Penyewaan kendaraan juga sangat penuh, UMKM terbantukan penjualannya naik dua sampai tiga kali lipat dan lapangan kerja juga tercipta, dan ini bagian dari penciptaan 1,1 juta lapangan kerja baru di tahun ini di sektor pariwisata," kata dia, akhir Oktober lalu. 

Sumber: tempo
×
Berita Terbaru Update
close