Desakan pergantian Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming yang diusulkan
oleh Forum Purnawirawan TNI menuai beragam tanggapan, baik dari publik
maupun tokoh penting lainnya.
Sebagaimana diketahui, sebenarnya terdapat delapan tuntutan yang diajukan
oleh Forum Purnawirawan TNI. Namun, salah satu poin mengundang kontroversi,
yaitu mengganti Gibran Rakabuming melalui mekanisme Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) karena dianggap pemilihan Gibran Rakabuming sebagai Wapres
lahir dari proses yang melanggar prinsip konstitusional.
Posisi Gibran Rakabuming sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia juga
disorot oleh mantan Komandan Korps Marinir TNI Letnan Jenderal TNI (purn)
Suharto. Dalam podcast yang tayang di kanal YouTube 2045 TV berjudul "Ingat,
Try Sutrisno sangat dihormati sama Prabowo", seorang pengamat politik yaitu
Selamat Ginting mengungkapkan kembali pernyataan mantan Komandan Korps
Marinir TNI Letnan Jenderal TNI (purn) Suharto.
Melalui cuplikan video yang dibagikan ulang oleh akun X @Zay34562, eks
Komandan Korps Marinir TNI Letnan Jenderal TNI (purn) Suharto membandingkan
tahun di mana ia menempuh pendidikan di Akademi Angkatan Laut (AAL) dengan
umur Joko Widodo atau Jokowi.
"Saya masuk marinir tahun 1965. Jokowi waktu itu baru 4 tahun. Sekarang saya disuruh hormat pada anaknya, wapres, yang tidak punya prestasi apa-apa. Yang bener aja" (LetJen Marinir Suharto)#AksiPrabowoGantiGibran#AkdiPrabowoGantiGibran pic.twitter.com/S0DLKlctgk
— Zay3456 (@Zay34562) April 30, 2025
Mantan Komandan Korps Marinir TNI Letnan Jenderal TNI (purn) Suharto
mempertanyakan ketika dirinya harus hormat pada anak Jokowi, yaitu Gibran
Rakabuming yang kini menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Dirinya
turut menyinggung prestasi apa yang dimiliki oleh putra sulung Jokowi
tersebut.
"Saya menyimak apa yang dikemukakan oleh Letnan Jenderal Marinir
Purnawirawan Suharto, itu mantan Korps Komandan Marinir. Dia bilang begini,
'saya ini lulusan AAL 1969. Saya masuk AAL dari tahun 1965, di mana
kira-kira Jokowi waktu itu baru 4 tahun. Terus tau-tau saya harus hormat
sama anaknya? Yang nggak punya prestasi apa-apa? Ya bagaimana saya mau
ngangkat hormat sama Wapres seperti itu?', itu kata Letjen Jenderal Marinir
Suharto," ucap Selamat Ginting.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan Prabowo
Subianto, Presiden RI saat ini memiliki rekam jejak yang jelas dalam dunia
politik.
"'Jadi, yang bener aja dong? Wakil Presiden kita kayak gitu. Kalau saya
hormat pada Presiden Prabowo, ya track recordnya, ya wajar gitu lho. Panjang
perjalanannya, melalui lika-liku, berapa kali gagal, segala macam. Ada
proses yang panjang. Ini proses apa? Dua tahun jadi Wali Kota, itu juga aneh
menjadi Wali Kota. Terus aneh bin ajaib lagi menjadi Wakil Presiden. Terus
saya harus hormat? Ntar dulu, katanya'. Artinya, itu suara semuanya.
Penandatangan itu semua," tambah Selamat Ginting.
Tuntutan Forum Purnawirawan TNI untuk mengganti Gibran Rakabuming semakin
menjadi sorotan setelah ditemui tanda tangan dari Jenderal TNI (Purn) Try
Sutrisno, yang juga mantan Wakil Presiden Republik Indonesia dan eks
Panglima ABRI.
"Saya masuk marinir tahun 1965. Jokowi waktu itu baru 4 tahun. Sekarang saya
disuruh hormat pada anaknya, wapres, yang tidak punya prestasi apa-apa. Yang
bener aja" (LetJen Marinir Suharto) #AksiPrabowoGantiGibran," tulis pemilik
akun dalam keterangannya.
Unggahan yang disukai sebanyak lebih dari 3.400 kali oleh sesama pengguna X
itu pun menuai beragam respons.
"Kalau nggak mau menghormati Gibran, harusnya protes sejak pencalonan
sebelum Pilpres berlangsung. Ini kan enggak. Istilahnya yang penting 'menang
dulu'. Lah orang normal udah tau dia kopong, cuma Prabowo dan tim
memanfaatkan kekopongan itu karena dia anak Mulyono yang masih punya kuasa
menangin Pilpres," komentar @areum
"Prabowo juga mestinya berpikir dulu sebelum mengangkat Gibran sebagai
Cawapresnya. Tapi karena hasrat berkuasanya besar, nggak mikir lagi yang
penting jadi Presiden. Meskipun melanggar konstitusi dan tabrak aturan serta
mengabaikan etika," tulis @kino*****
"Jenderal kesiangan. Saat perperangan terjadi di MK, bapak ke mana? Giliran
rakyat sudah memilih, proses konstitusional sudah berjalan, kini
teriak-teriak mempersoalkan tokoh yang dipilih lewat Pemilu. Artinya
menafikan suara Pemilu, suara Pemilu dianggap tidak ada," tambah @k_****
"Yang salah pimpinan partai politiknya bapak, cara pilih dan majukan calon
pemimpin, yang mereka pikirkan cuma satu, bisa menang dengan cara apapun dan
kursi kekuasaan tetap milik mereka. Rakyat mah bisa disuap dan dibodohi,"
timpal @mcmo*****
"Kalau jalur pilihan benar, saya juga respect. Tapi Mahkamah Konstitusi
diobok-obok oleh pamannya. Ditambah lagi ternyata anaknya nggak ada prestasi
apapun," sambung @ign*******
Sumber:
suara
Foto: Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka/Net

